- BIOGRAFI
Koffka meninggalkan Frankfurt tahun 1912 untuk mengambil posisi di University of Giessen, empat puluh mil dari Frankfurt, di mana dia menjadi Guru Besar luar biasa pada tahun 1918 sampai tahun 1924. Koffka kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat, di mana ia menjadi profesor tamu di Universitas Cornell 1924-1925, dan dua tahun kemudian di University of Wisconsin-Madison . Akhirnya, pada tahun 1927, ia menerima posisi di Smith College di Northampton, Massachusetts, dimana dia tinggal sampai kematiannya pada 22 Nopember 1941.
Pada 1909, Koffka menikah dengan Mira Klein, yang merupakan subjek eksperimental dalam penelitian Koffka’s. Mereka tetap menikah sampai tahun 1923 saat ia bercerai dan menikah dengan Elisabeth Klein Ahlgrimm yang baru saja selesai Ph.D nya di Giessen. Namun, mereka bercerai pada tahun yang sama, dan Koffka Klein menikah lagi.
- TEORI KOFFKA
Psikologi Gestalt mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dan data-data dalam psikologi gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Prinsip mempelajari Gestalt sebagai totalitas dikemukakan pertama kalinya oleh CRISTIAN VON EHRENFELS, tokoh yang merangsang timbulnya aliran ini pada tahun 1890 dalam eksperimennya mengenai musik. Phenomena adalah data yang paling dasar bagi psikologi Gestalt. Apa yang dialami seseorang adalah pengalaman phenomenal. Dalam hal ini, psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomenologi yang mengatakan bahwa pengalaman haruslah dilihat secara netral, tidak dipenuhi oleh apapun. Di dalam phenomena kita harus selalu melihat adanya dua unsur, yakni obyek dan arti.
Menurut Koffka, Gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan bagian-bagiannya, sehingga menjadi suatu kesatuan yang mengandung arti, dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer adalah gestalt, bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Artinya dalam gestalt, tidak mungkin bagian-bagian itu berdiri sendiri.
Setiap orang mungkin telah mengalami betapa berbedanya suatu obyek atau peristiwa yang tampak atau terjadi pada latar belakang yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa kita tidak mem-persepsi obyek sebagai unsur-unsur yang berdiri sendiri. Karena kita berkecenderungan untuk melihat segala sesuatu di dalam suatu totalitas yang tersusun, kita selalu memvisualisirnya di dalam suatu konteks atau letak beradanya. Dan konteks total atau latar belakang tempat bermunculnya stimulus tertentu akan mempengaruhi persepsi kita pada stimulus-stimulus tersebut.
Kalau anda berdiri di stasiun kereta api dan pada waktu itu ada kereta api yang sedang bergerak meninggalkan stasiun, tidaklah timbul pertanyaan dalam pikiran anda bahwa anda tetap berdiri dan kereta api sedang bergerak. Tetapi, kalau anda berada di dalam kereta api dan melihat kereta api lain melalui jendela, anda akan mengira bahwa kereta api anda bergerak ketika kereta api lain tersebut berangkat meninggalkan stasiun. Salah pengiraan anda tersebut disebabkan karena adanya frame of reference / kerangka acuan yang asing ketika anda duduk di dalam kereta api dibandingkan dengan ketika anda berdiri di lantai stasiun.
Para pengikut aliran Gestalt menyatakan bahwa dalam persepsi, kita cenderung untuk menyusun stimulus-stimulus sepanjang garis tendensi-tendensi alamiah tertentu yang mungkin berkaitan dengan fungsi menyusun dan meng-kelompok-kelompokkan yang terdapat di dalam otak. Di antara psikolog masa kini berpendapat bahwa apa yang disebut “tendensi-tendensi alamiah” ini adalah hasil dari pengalaman yang dipelajari. Dari manapun asal-usulnya, semua sependapat bahwa tendensi-tendensi tersebut ada dan mengikuti pola-pola yang hampir bersifat universal.
Untuk memudahkan telaah, tendensi-tendensi ini digolongkan menjadi empat faktor :
- 1. Similaritas
- 2. Proksimitas
- 3. Kontinuitas
- 4. Closure
Koffka percaya bahwa sebagian besar belajar awal adalah apa yang disebut sebagai “belajar sensorimotor” yang merupakan jenis pembelajaran yang terjadi setelah konsekuensinya. Sebagai contoh, seorang anak yang menyentuh kompor panas akan belajar untuk tidak menyentuh lagi. Koffka juga percaya bahwa banyak pembelajaran terjadi melalui peniruan, meskipun ia berpendapat bahwa tidak penting untuk memahami bagaimana imitasi bekerja, melainkan untuk mengakui bahwa itu adalah kejadian alam. Menurut Koffka, jenis tertinggi dari belajar adalah pembelajaran ideasional, yang membuat penggunaan bahasa. Koffka mencatat bahwa saat yang penting dalam pembangunan anak adalah ketika mereka memahami bahwa benda memiliki nama.
Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar, sebagaimana tingkah laku lainnya pula, dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip organisasi dari psikologi Gestalt. Beberapa teori Kooffka tentang belajar antara lain :
1) Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan atau “memory traces”, yaitu pengalaman-pengalaman yang membekas pada tempat-tempat tertentu di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan dimunculkan saat kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
2) Perubahan-perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan jalannya waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan itu ( dengan perkataan lain tidak menyebabbkan terjadinya lupa ), melainkan menyebabkan perubahan jejak, karena jejak ingatan itu cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
Gambar kucing
Detail-detail sedikit demi sedikit hilang sedang kontras-kontras diperkecil. Dengan demikian, sebuah ceritera yang panjang dan berkelit-kelit, setelah beberapa saat akan diingat di bagian-bagian tertentu saja dan bagian-bagian yang kurang baik dan kurang sempurna akan dirubah sehingga lebih mendekati Gestalt yang lebih sempurna. Dengan demikian, ceritera yang asli bisa berubah setelah beberapa saat.
3) Latihan-latihan akan bisa memperkuat jejak ingatan.
- KARYA-KARYA KOFFKA
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, dari mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Sebagai penulis yang produktif, Koffka mengemukakan pikiran-pikirannya tentang psikologi Gestalt dalam berbagai publikasinya.
- Pada tahun 1923, ia mulai menerbitkan jilid pertama dari buku “Contribution to Gestalt Psychology” yang seluruhnya terdiri dari 25 jilid.
- Pada tahun 1915, dalam bukunya “Fundamentals of the psychology of perception : a debate with v. Berusi.” Koffka menjawab kritik-kritik yang ditujukan kepada psikologi Gestalt.
- Pada tahun 1921, dalam bukunya “Principle of Psychological Development : an introduction to child psychology” untuk pertama kalinya Koffka mengamalkan prinsip-prinsip Gestalt pada psikologi anak. Ia percaya bahwa proses perkembangan pada hakekatnya adalah hasil interaksi antara kondisi-kondisi internal dan eksternal (hipotese konvergensi) dan terdiri dari diferensiasi yang terus-menerus dari pengalaman-pengalaman yang semula kabur.
- Buku “Principles of Gestalt Psychology” yang terbit pada tahun 1935 adalah usaha yang paling komprehensif dari Koffka dalam mempersatukan dan menajikan pelbagai hasil riset psikologi Gestalt, termasuk karya-karya Kurt Lewin.
REFERENSI
ü Koffka, Kurt, “Gale Encyclopedia of Psychology”, 2nd ed. Gale Group, 2001.
ü Wirawan Sarwono, Sarlito, “Berkenalan Dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi”. Bulan Bintang:Jakarta, 1977.
ü Mahmud, Dimyati, “PSIKOLOGI Suatu Pengantar”. BPFE Yogyakarta:Yogyakarta, 1990.
ü Ahmadi, Abu, “Psikologi Umum”. PT.Bina Ilmu:Surabaya.
ü Sujanto, Agus, “Psikologi Umum”. Bumi Aksara:Jakarta, 1993.
ü Sartre, Jean-Paul, “Psikologi Imajinasi”, Yayasan Bintang Budaya:Yogyakarta, 2000.
http://variedzzz.wordpress.com/2011/05/10/gestalt-theory/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar